Kamis, Oktober 22

Fenomena Tidak Majunya Warung-warung di Indonesia


Artikel Penting | Catatan Pengalaman | Tulisan Bebas - Selamat malam Sobat yang super! kali ini saya mengangkat topik yang sedikit berbeda dari artikel sebelumnya. Topik ini saya ceritakan lagi berdasarkan pengalaman waktu belajar di kelas Akuntansi Managemen. Jadi pertanyaan mendasar mengapa banyak usaha warungan pinggiran jalan terlihat tidak maju-maju dibandingkan dengan usaha sejenis di Mall? Mari kita lihat ilustrasi cerita di bawah ini:
Kasus:
Tuan Bakil memiliki warung makan gado-gado yang ia jual di Ruko depan rumahnya. Setiap hari Tn Bakil membeli bahan-bahan berupa sayur, bumbu, toge, dll di pasar antah berantah menghabiskan uang Rp.200.000. Harga per porsi dijual Tn Bakil dengan harga Rp. 7000. Bahan-bahan yang ia beli tersebut rata-rata dapat menghasilkan 40 porsi gado-gado. Tidak lupa Tn Bakil selalu menyisakan 1 porsi untuk dimakan sendiri.
Pertanyaan: 
Berapa laba Tn Bakil tiap harinya?
Jawab:
A. Rp.80.000
B. Rp.280.000
C. Rp. 75.000
C. Rugi Besar
D. Tidak untung tidak rugi

Kirim jawaban sobat dan dapatkan Mazda 2 diundi setiap hari.. #ehh #PHP. Maksudnya kirim jawaban Sobat di komentar bawah. Kalau sudah, mari kita bahas apa yang terjadi dalam cerita Tn Bakil di atas. Melihat dari sisi ekonomis dan matematis, kita akan mendapati bahwa usaha yang dilakoni Tn Bakil sangatlah menguntungkan. Banyangkan saja dari hasil hitung-hitungan, laba tiap hari Tn Bakil sebesar (Rp7000 x 40 porsi) - Rp200.000 = Rp80.000 per hari atau Rp.2.400.000 per bulannya! lumayan daripada nganggur kan. Nah, coba lihat-lihat lagi apa yang salah dengan perhitungan tersebut? kalau sudah buntu, langsung saja saya kasih jawabannya.. Tn Bakil belum memperhitungka biaya tenaga yang dikeluarkan serta biaya-biaya lain terkait dengan sewa kios dan fasilitasnya. Dalam istilah akuntansi manajemen/akuntansi biaya dikenal ada 3 komponen pembentuk harga jual, yaitu biaya material langsung, biaya tenaga/upah dan biaya overhead.
  1. Biaya Material Langsung (Direct Material Cost), yaitu biaya yang dapat diidentifikasikan langsung sebagai bahan utama pembentuk suatu produk. Dalam kasus di atas, kita dapat identifikasi bahwa semua bahan belanjaan berupa sayur-sayuran, bumbu, dan bahan makanan lainnya adalah material langsung yang membentuk produk gado-gado.
  2. Biaya Tenaga (Direct Labor Cost), yaitu biaya terkait dengan pemakaian sumber daya manusia dalam menghasilkan suatu produk. Tn Bakil berperan sebagai pemilik usaha, manager sekaligus pekerja dalam usaha gado-gado tersebut. Usaha yang ia keluarkan dalam membuat gado-gado hendaknya diperhitungkan sebagai biaya atas tenaga yang telah ia keluarkan.
  3. Biaya Overhead, yaitu biaya yang tidak dapat diidentifikasikan langsung yang mempengaruhi biaya pembuatan suatu produk. Biaya biaya seperti sewa kios, listrik, air dan biaya lainnya yang dari sifatnya dipakai secara lump sum untuk periode tertentu dan tidak dapat diidentifikasikan langsung dalam penentuan harga satuan produk.
Bila kita memasukkan komponen yang sudah saya sebutkan tadi, maka bisa jadi total pendapatan dan pengeluaran tidak seimbang. Selisih keuntungan penjualan tidak sebanding dengan usaha yang telah dikeluarkan. Tenaga sudah dikeluarkan capek-capek namun usaha gitu-gitu aja. Itulah yang mendasari mengapa warung-warung di Indonesia entah itu warung makan atau yang menjual dagangan sering tidak mengalami kemajuan dilihat dari sisi akuntansi manajemen khususnya dalam penetapan harga satuan produk yang dijual. 

Bandingkan ketika kita menjelajah kuliner yang sama di sebuah restoran dengan manajemen yang baik. Semua usaha dan daya yang dikeluarkan sudah diperhitungkan dengan rinci, sehingga laba yang diperoleh benar-benar dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha yang ada, bukan cuma untuk "Buka tutup lubang" atau malah nombok ketika terjadi pengeluaran tak terduga yang lebih besar. 

Sekian pembahasan singkat studi kasus yang terjadi terkait usaha warung makan Tn Bakil dilihat dari sisi akuntansi managemen. Kalau ada masukan atau komentar silakan menuliskan di kotak komentar di bawah.
Salam.

Judul Artikel: Fenomena Tidak Majunya Warung-warung di Indonesia
Link URL : http://debrianruhut.blogspot.com/2015/10/fenomena-tidak-majunya-warung-warung-di-indonesia.html
Jangan lupa untuk membagikan artikel Fenomena Tidak Majunya Warung-warung di Indonesia ini jika bermanfaat bagi sobat.

Debrian Ruhut says: Indonesian blogger, ten-fingers typist, pepsi hater, mommy cuisine lover, dog lover, and thank GOD a cum-lauder too :P ▬ You may share the article but don't forget to write the source link. No plagiarism please.
Next Prev Home
Pengunjung yang baik selalu memberikan Komentar. No Sara. No Spamming. Bersama, kita bangun blogger Indonesia lebih cerdas dan kreatif. Terima Kasih :)

0 komentar:

Posting Komentar

PageRank

Free PageRank Checker
 

Debrian Ruhut Blog. © May 2009 - 2021 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner | Terms Of Service | Privacy Policy | Powered By Blogger |