Kamis, Oktober 23

5 Pemberitaan Yang Akan Meracuni Pribadi Kamu


Artikel Penting | Catatan Pengalaman | Tulisan Bebas - Soelamat Sore Soebat Tertjinta Soemoea! sebagai rakyat indonesia yang tinggal di Indonesia, bahkan lahir di Indonesia, kita tentu mengerti sifat dan karakter kebanyakan masyarakatnya. Pernah terpikirkan tidak bangsa Indonesia yang dulu katanya ramah, penyabar dan menjunjung nilai luhur dan moral yang tinggi namun jika dibandingkan dengan keadaan yang kita perhatikan belakangan ini, rasanya seperti kiasan saja. Sebagai pengamat (pengamat timeline facebook, twitter dan kerabat sosial media lainnya), saya dengan mudah mengamati perubahan karakter tersebut dari berbagai konten yang teman-teman saya kirimkan/bagikan. Kalau di facebook bisa dengan link berita atau notes, atau di twitter dari hasil retweet tweet teman atau berita lainnya, dan terakhir di path dari gambar-gambar yang sering di re-path).

Coba sobat perhatikan, dari banyak konten yang dibagikan, berapa persen yang isi postingan/berita memberikan gambaran atau opini negatif? beberapa berita atau informasi yang disebar tersebut sebenarnya banyak menjebak kita berpikir ke arah negatif dan merusak pribadi setiap pembacanya. Jujur, teman-teman saya di facebook (dari 1.100 teman, 30 % silent reader, 10%-nya udah gak pernah buka facebook lagi, 5% nya facebook kloningan, sedih) hampir 55% sisanya paling tidak memiliki tingkat edukasi yang memadai. Mereka pada dasarnya sadar politik, sadar ekonomi, sadar keduitan (ilmu keuangan:red) dan sadar kamera #hadeh. Tetapi coba kita lihat sewaktu isu politik sedang ganas-ganasnya.. satu berita menjelek-jelekkan tokoh yang satu begitu sebaliknya, lalu di satu sisi ada teman-teman yang membantu menyebarkan dan mengobarkan lagi semangat peperangan dan kegaduhan tersebut! Bodoh kubilang..

Apa ini namanya Indonesia yang ramah, penyabar dan menjunjung nilai luhur dan moral yang tinggi? justru makin merusak pikiran dan akal sehat. Dengan menyebarkan berita yang isinya sudah saya pastikan (karena saya baca) mengandung aroma kebencian yang tidak wajar, mind set kita tanpa disadari akan membentuk kebiasaan untuk ikut membenci. Padahal belum tentu mereka yang rajin re-post itu mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan. Hampir semua pemberitaan di media tidak lagi bisa kita percayai kebenarannya kecuali kita sendiri yang mengalaminya. Tidak hanya itu, cepat merespon hal-hal negatif tersebut malah membuat otak kita semakin teracuni dan jadi pribadi yang mudah tersinggung/sensitif. Istilah motivatornya "Practice makes perfect" tapi dalam hal yang negatif. See?

Oke, baru-baru ini saya sedikit sadar, sepertinya rakyat Indonesia sedang mengalami ujian baru yang disebut Jurnalism Domination alias dominasi jurnalistrik (istilah sendiri sih), dimana siapa yang pintar menulis dan membuat berita yang mampu mempengaruhi pembaca, dia yang akan menang menggiring opini publik. Walau opini ini belum pernah di uji di laboratorium, tapi dampaknya bisa kita lihat sendiri. Saya berikan beberapa contoh topik berita yang belum lama ini hangat dan bagaimana respon penulis berita "mengupas" topik tersebut ke arah yang amburadul dan merusak (oleh oknum pribadi maupun badan).

  1. Topik Pemberitaan Pemilu Jokowi vs Prabowo
    Pemberitaan ini paling banyak unsur kekerasan beritanya. Ya, banyak penulis berita yang mengambil momentum ini untuk belajar bagaimana menjadi penulis berita yang menarik dan paling berpengaruh. Segala hal yang harusnya bisa kita ambil himahnya, malah dibantai habis-habisan dengan tulisan yang saling menjatuhkan antar tokoh politik. Mungkin bayaran mereka besar dengan tulisan tersebut, tetapi mengapa kita yang cape-cape membuat tulisan tersebut terkenal dengan memposting ulang, again and again, sampai akhirnya boominglah tulisan tersebut? IRONIS Kawan. Harusnya kitalah filter pertama yang menentukan apakah berita tersebut layak disebar atau tidak. Karena dari tangan kita, kita tidak tau lagi kemana berita itu akan mengalir. Tipe pembaca masyarakat kita saat ini adalah Bad News is A Good News. Semua orang lagi sengsara dan butuh kepastian, akibatnya lebih mudah menyuarakan suara sumbang keluhan ketimbang suara terima kasih dan prestasi. Pastikan kita tidak ikut di sisi yang negatif. 


  2. Pernikahan Raffi Akmad vs  GIGI (grup band.. ehh)
    Kalau yang satu ini tentu masih ingat dong..? masih hot kok. Pernikahan Raffi A. dengan GIGI-nya. Pada awalnya saya merasa damai-damai saja melihat acara tersebut terlepas dari status dia sebelumnya dengan mantan kekasihnya. Tetapi semua itu berubah ketika negara api menyerang. Tiba-tiba ada pemberitaan tentang bagaimana acara pernikahan yang ditampilkan 17 jam di televisi telah merampas Hak Penonton. Bingung saya, kalau tidak suka acara itu ya tinggal di ganti, gitu aja kok repot? saya yakin berita itu hanyalah pesanan belaka oleh mereka yang tidak suka atau mungkin lawan perusahaan TV tersebut. Belum lagi yang di Path, mungkin karena lamanya acara pernikahan itu, para pemirsa juga meminta agar "Acara Malam Pertama" ditampilkan secara Live. Lucu tapi merusak. Lucu? boneka barbie dong..atau malah boneka annabelle lebih lucu. Up2u.

  3. Perhitungan Matematika 6x4, 4x6 Siswa SD
    Nah, ada lagi ini kasus mengenai Nilai PR anak SD yang dianggap salah oleh gurunya dan di protes kakaknya. Semua bermula dari perhitungan 4x6 dan 6x4 (dan perkalian sejenis) yang "katanya" berbeda. Menurut sang kakak nilainya sama, karena hasilnya toh 24. Bayangkan, berita yang mungkin baru 1 menit keluar, rakyat republik facebook, dan tetangganya twitter langsung memposting ulang berita tersebut dengan tambahan caci maki dan celaan kepada sang guru tanpa mencari tau dahulu bagaimana ceritanya dan asal muasal itu bisa terjadi. Buktinya, banyak kalangan profesor dan akademisi juga ikut ambil bagian dalam kasus tersebut, dan memang perhitungan itu adalah pembelajaran proses, bukan pada hasil. Jadi apakah kita sempat ikut menghujatnya saat itu? berpikir sekali lagi sebelum re-posting. Jangan hanya melihat cover luar judulnya saja dan langsung ikut tersulut amarah.

  4. Kasus Florence Sihombing - Jogja
    Dicaci dan dimaki karena isi tweetnya yang menghina satu daerah, di Indonesia, Yogjakarta. Seperti saya bilang di awal, masyarakat sudah mulai terbentuk karakter "nyinyir" dan mudah tersulut dengan berita-berita negatif. Lagi-lagi hal itu didukung dengan "TIM" penyambung lidah yang baik di media sosial, yaitu masyarakat pembaca berita. Saya ketika membaca berita itu pertama kali juga emosi, kenapa bisa sampai mengeluarkan tweet yang sangat tidak patut. Tetapi apakah masyarakat luas juga perlu disuguhkan dengan berita yang seperti itu? main hakim sendiri dengan opini yang sudah di arahkan oleh penulis berita? Janganlah kita jadi korban pemberitaan negatif media lagi.

    Kejadian tersebut kan awalnya dipicu karena kekecewaan Florence di SPBU akibat antrian yang lama? lalu dengan kebiasaannya yang sering "Nyampah" di twitter, mungkin siapa saja bisa dong melakukan tweet seperti itu tapi baik-baik aja tuh gak ada berita yang heboh seperti itu. Ternyata maraknya berita tersebut karena status Florence yang sedang studi S2 dan sikapnya yang tidak sesuai dengan sandangan S2-nya itu?

    Kitalah yang harusnya berpikir jernih... Apa iya seorang S2 berbanding lurus dengan akhlak dan moral yang baik pula? 2 hal itu berbeda kawan.. S2 terkait dengan pengetahuan dan wawasan yang ia ketahui, sedangkan moral tentang kebiasaan hidup dan nilai yang ia anut semenjak kecil. Pemberitaan mengambil topik ini menjadi hot news. Sekali lagi, kitalah korbannya.

  5. Dan berita-berita lainnya yang bisa kita kenali kalau isinya hanya melulu berisi opini negatif tanpa memberikan solusi.
Yaa, mau dibawa kemana rakyat Indonesia ini, kalau tidak pernah belajar memfilter setiap informasi yang masuk. Karena itu, mungkin harus banyak belajar menelusuri berita dan mengerti betul masalah yang sedang dibahas, sehingga opini yang ditularkan bukan pernyataan sepihak. Atau malah tidak usah mengikuti perkembangan berita? itu pilihan sobat sekalian. Saya pribadi meresponnya dengan belajar menjadi penulis artikel/berita yang baik, agar bisa melawan praktik-praktik berita yang tidak sehat dan menyadarkan serta memberi inspirasi sobat pembaca sekalian..hehe. #JurnalismeDamai

Judul Artikel: 5 Pemberitaan Yang Akan Meracuni Pribadi Kamu
Link URL : http://debrianruhut.blogspot.com/2014/10/5-pemberitaan-yang-akan-meracuni-pribadi-kamu.html
Jangan lupa untuk membagikan artikel 5 Pemberitaan Yang Akan Meracuni Pribadi Kamu ini jika bermanfaat bagi sobat.

Debrian Ruhut says: Indonesian blogger, ten-fingers typist, pepsi hater, mommy cuisine lover, dog lover, and thank GOD a cum-lauder too :P ▬ You may share the article but don't forget to write the source link. No plagiarism please.
Next Prev Home
Pengunjung yang baik selalu memberikan Komentar. No Sara. No Spamming. Bersama, kita bangun blogger Indonesia lebih cerdas dan kreatif. Terima Kasih :)

0 komentar:

Posting Komentar

PageRank

Free PageRank Checker
 

Debrian Ruhut Blog. © May 2009 - 2021 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner | Terms Of Service | Privacy Policy | Powered By Blogger |