Artikel Penting | Catatan Pengalaman | Tulisan Bebas - Artikel ini merupakan bentuk kekesalan dan emosi saya yang mungkin masih bisa dibendung, karena percuma saja kita marah-marah tanpa memberikan kontribusi yang bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Melalui artikel inilah saya akan berbagi pengalaman saya terkait kemacetan yang ada di Jakarta. Pertama-tama saya ingin memperkenalkan siapa diri saya dan bagaimana artikel ini harus dibaca dari sudut pandang yang berbeda.
Saya adalah seorang pengendara sepeda motor yang biasa melewati jalan –jalan ibukota khususnya dari Ps. Rebo Jakarta Timur ke arah Jl. Pramuka-Salemba. Untuk mencapai kantor, saya biasa melewati daerah condet lalu tembus ke PGC dan melanjutkan perjalanan melewati jalanan di bawah flyover tol arah rawamangun.
Sebagai pengendara motor yang kawakan (ceileh) saya sudah terbiasa mengambil “jalan potong” ini agar cepat sampai di kantor. Jalan ini lebih cepat ketimbang saya harus melewati Jl. Kramat Jati dengan berbagai aktifitas pasarnya, perempatan lampu merah garuda yang terkenal padat, serta daerah RS. Sukamto. Entah sudah berapa kali saya mencoba berbagai alternatif jalan dan membandingkan beberapa jalan tersebut dari segi waktu dan jarak. Uji coba tersebut kadang berbuah sial. Pernah suatu kali saya iseng mencari jalan tikus di daerah condet, menuju ke PGC, tidak taunya jalan malah tembus ke daerah pasar minggu di daerah taman makam pahlawan. Penting gak sih saya cerita ini? Penting banget, karena saya sedang berbicara dari sudut pandang seorang pengendara motor. :p
Oke, setelah saya amati dan resapi, berbagai penyebab kemacetan di jalanan Jakarta ini dapat dibagi menjadi beberapa faktor pemicu. Jangan salah menilai bahwa pendapat saya terlalu egois atau mungkin menyudutkan salah satu pihak. Yang jelas, saya membicarakan penyebab kemacetan ini dari sudut pandang pengendara motor yang tiap harinya merasakan debu dan knalpot jalanan.
(1) Metro Mini yang berhenti sembarang tempat. Sebagai motor-rider sejati, situasi yang satu ini mempunyai ciri tersendiri yang bisa membuat adrenalin pengendara motor meluap-luap. Bagaimana tidak? Metro mini yang body size-nya memakan hampir seluruh badan jalan dengan seenak perut sopir-nya berhenti mendadak demi mendapatkan penumpang, atau menurunkan penumpang. Kami masih bisa toleransi kalau si Metro Mini sedikit meminggirkan “kereta”-nya. Masih belum cukup dengan ukuran body, asap pembuangan yang bisa dipastikan Hitam Pekat, sangat mengganggu pengendara di belakangnya yang sedang menunggu si metro jalan.
Sebagai pengendara motor yang kawakan (ceileh) saya sudah terbiasa mengambil “jalan potong” ini agar cepat sampai di kantor. Jalan ini lebih cepat ketimbang saya harus melewati Jl. Kramat Jati dengan berbagai aktifitas pasarnya, perempatan lampu merah garuda yang terkenal padat, serta daerah RS. Sukamto. Entah sudah berapa kali saya mencoba berbagai alternatif jalan dan membandingkan beberapa jalan tersebut dari segi waktu dan jarak. Uji coba tersebut kadang berbuah sial. Pernah suatu kali saya iseng mencari jalan tikus di daerah condet, menuju ke PGC, tidak taunya jalan malah tembus ke daerah pasar minggu di daerah taman makam pahlawan. Penting gak sih saya cerita ini? Penting banget, karena saya sedang berbicara dari sudut pandang seorang pengendara motor. :p
Oke, setelah saya amati dan resapi, berbagai penyebab kemacetan di jalanan Jakarta ini dapat dibagi menjadi beberapa faktor pemicu. Jangan salah menilai bahwa pendapat saya terlalu egois atau mungkin menyudutkan salah satu pihak. Yang jelas, saya membicarakan penyebab kemacetan ini dari sudut pandang pengendara motor yang tiap harinya merasakan debu dan knalpot jalanan.
(1) Metro Mini yang berhenti sembarang tempat. Sebagai motor-rider sejati, situasi yang satu ini mempunyai ciri tersendiri yang bisa membuat adrenalin pengendara motor meluap-luap. Bagaimana tidak? Metro mini yang body size-nya memakan hampir seluruh badan jalan dengan seenak perut sopir-nya berhenti mendadak demi mendapatkan penumpang, atau menurunkan penumpang. Kami masih bisa toleransi kalau si Metro Mini sedikit meminggirkan “kereta”-nya. Masih belum cukup dengan ukuran body, asap pembuangan yang bisa dipastikan Hitam Pekat, sangat mengganggu pengendara di belakangnya yang sedang menunggu si metro jalan.
(2) Angkot yang terkenal “Budeg”. Enggak di jalanan besar atau di jalanan kecil, kalau udah ada yang namanya angkot pasti jalanan gak tentram, buat pengendara motor. Kenapa saya bilang budeg? Hampir sama kasusnya sama metro mini, tapi kali ini si sopir bener-bener kayak orang budeg walau udah di klakson berkali-kali. Permintaan kami sederhana sebenarnya, Jangan suka Nge-tem di persimpangan jalan!
(3) Jalan sedang diperbaiki. Dikit-dikit jalanan digali, dikit-dikit jalanan digali, jalanan di gali kok dikit-dikit? Itulah Indonesia. Kalau gak gitu gak ada proyek katanya. Baru sebentar jalan dibolongin ada perbaikan kabel serat optik, selesai itu ditimbun, besoknya ada aja penggalian pipa air PAM. Belum selesai sampai disitu, gak lama setelah jalanan rapi, ada lagi galian lubang kabel PLN. Hidup penuh dengan gali lobang tutup lobang!
(4) Tukang Mie ayam, Gerobak pecel lele, dan tukang Es Cendol yang berlawanan arah jalan. Tiga diva yang mirip tapi beda karakter. Agak gak tega juga sih mau ngomongin ketiga tersangka ini, tapi mau gimana lagi? Kalau udah ketemu sama abang-abang yang dorong gerobak, udah deh, pengendara motor udah gak bisa berkutik. Dongkol sebenarnya, tapi gak enak, takut dianggepnya gak kasihan sama orang kecil. Tapi please deh, kenapa kalau dorong gerobaknya mesti ada di sisi kiri dan berlawanan arah jalan pengendara motor? -___-
(5) Si trouble maker pengendara motor alay.
Walau penyebab kemacetan kebanyakan dipicu oleh kendaraan roda 4, tapi ada juga sesama pengendara motor yang memicu macet. Bisa dibilang lulus SIM-nya hitam di atas putih, bukan karena skill (percuma ada program simulator kendaraan SIM, #eh?). Kami, pengendara motor sudah tidak asing lagi liat orang telpon-telponan sambil nyetir motor (bukan lagi naik motor sambil telpon-telponan). Masalahnya orang yang nelpon sambil bawa motor pasti lambat banget jalannya, udah jalanan sempit ditambah volume kendaraan yang padat. Kalian harus tahu moto pengendara motor itu yaitu, “Lebih Cepat Lebih Baik” jadi jangan ada kendaraan yang lambreto di jalanan. Lambat sedikit, klakson teriak. Jalanan itu keras bung! dari aspal gimana gak keras coba?
(6) Mobil Pribadi. Nah kan, jadi kena semua deh tokoh-tokoh kemacetan di jakarta. Tapi emang ini faktanya. Kendaraan pribadi roda 4 udah buanyak banget di Jakarta. Yang kami bingung, kenapa setiap ada mobil pribadi, isinya cuma si Sopirnya aja? Kalau dipikir-pikir, satu mobil pribadi sebanding dengan 5 motor. Buang-buang space jalanan aja nih mobil! Tapi kami juga maklum, karena mereka pasti sudah terbiasa dengan kenyamanannya walau harus rela bermacet ria. Cobalah gunakan mobil pribadi dengan lebih bijak.
Solusi ini cuma sekedar pelengkap dari poin-poin masalah di atas. Sekali lagi, pendapat ini tidak bermasud membuat salah satu pihak bersalah. Kami juga menyadari keadaan ibukota memang sudah begini. Tapi coba kita pikirkan sejenak solusi terbaik untuk mengatasi masalah kemacetan di Jakarta.
- Batasi penggunaan kendaraan roda 4, kecuali bila sangat dibutuhkan atau tidak bisa tidak harus menggunakan mobil pribadi.
- Belajar rambu-rambu lalu lintas lebih serius. Aturan di jalanan dibuat bukan untuk kepentingan yang berwajib atau polisi, tetapi untuk kepentingan sesama pengendara kendaraan lainnya. Kalau masih ada yang hobinya telpon-telponan sambil naik motor, mending siap-siap aja dan jangan kaget kalau motor/mobil meng-klakson atau menegur Anda. Itu lebih baik dari pada ketahuan polisi dan di denda paling tinggi Rp. 750.000 atau kurungan max 3 bulan (UU No 22 tahun 2009 pasal 283)? hayo milih mana? Pasti milih “damai”… Zzzz
- Pengaturan dan penindakan lebih tegas sopir metro mini dan angkot yang suka ngetem dan berhenti mendadak. Solusi yang ketiga ini saya “serahkan pada ahlinya” deh..ups, bukan slogan lagi loh, cuma mau bilang kalo ini tugasnya pemerintah untuk memberikan sosialiasi serta pengaturan angkutan umum di Jakarta, termasuk juga untuk urusan Gali Lobang Tutup Lobang jalanan. Yah, kita lihat saja nanti di pemerintahan Gubernur yang baru..hihihi
Link URL : http://debrianruhut.blogspot.com/2012/09/penyebab-utama-kemacetan-jakarta.html
Jangan lupa untuk membagikan artikel Penyebab Utama Kemacetan Jakarta ini jika bermanfaat bagi sobat.
Label:
Live the life,Our Story
Debrian Ruhut says: Indonesian blogger, ten-fingers typist, pepsi hater, mommy cuisine lover, dog lover, and thank GOD a cum-lauder too :P ▬ You may share the article but don't forget to write the source link. No plagiarism please. | Tweet |
Sudah gabung dengan sumber dollar berikut ini?
Posting Komentar